Minggu, 04 Oktober 2009

PUISIKU

Aku Tentangmu
Aku mungkin merpati yang mendatangimu setiap pagi
Membawakanmu setangkai daun.. sebongkah remah roti

Saat mentari naik sebubungan...aku mengikuti jejak kehidupanmu
Berharap tercecer senyum....di sudut gedung tua, di tikungan batas kota

Pada separuh malam selewat senja, aku mungkin kelelawar yang mengintip mimpi-mimpimu.........
Berharap aku sekelebat di dalamnya...

Ah..! kamu sudah tahu betapa pahit rinduku, betapa sia-sia senyummu.

Sumardiono, solo 3 oct 2009


Datanglah Kau ke Kota
Datanglah kau ke kota
Di sana.....nafsu mengkonsumsi menyergapmu dari segala penjuru
Menjadikanmu boneka-boneka..........

Aku ingin pulang ke desa
Menemui pucuk-pucuk daun
Menyapa senyum-senyum
Menjadi manusia

sumardiono, solo 16 sept 2009



Sajak SEEKOR BURUNG
Gerimis menjelang senja kemarin tlah mengingatkan pada seonggok sarang tua
Mungkin ranum biji hutan sebelah tlah memangi-manggilnya...
Ataukah mentari yang cerahnya tlah lama mereka rindukan...?!!!


SARANG TUA pada sebatang ranting jati....
Menunggumu ....di tepi kenangan pada senja ketika
Sepenggal matahari..
Separuh bulan mati..
Tiga puluh dua kali..

Ah....terlalu lama kau mengingatnya..

sumardiono. solo, 3 oct 2009


8 komentar:

  1. Endri Nh/08520041/SMT III/Fkip Bhs inggris
    Ya saya sangat setuju budaya harus sangat diperhatikan secara cermat oleh para penerjemah karena menerjemahkan suatu article atau terjemahan tidak harus terikat dengan texs terjemahan aslinya tetapi tidak boleh lepas dari makna aslinya berdasarkan budayanya. Jadi sebenarnya tidak ada penerjemah yang sempurna tetapi penerjemah yang lebih baik.

    BalasHapus
  2. hendriktri/ 08520013/ Semester 3/ FKIP-Bahasa Inggris.

    mengapa harus memperhatikan faktor budaya BSU ataupun BSA,...?

    karena jika dilihat dari dasar maupun sumbernya,bahasa adalah bagian dari suatu budaya. Jadi mau tidak mau, kita tidak dapat mengenyampingkan budaya ataupun struktur dari budaya tersebut. Jika kita seenaknya kita merubah atau menerjemahkan suatu kalimat,puisi atapun bahasa maka kita dapat disebut sebagai seorang yang seenaknya merubah suatu bahasa atau budaya tanpa mengindahkan tata krama atau adat yang berlaku sesuai dengan daerah tersebut. sebagaimana kata peribahasa, "dimana bumi dipijak, di situ bumi di junjung." jadi kita harus mau menghormati bahasa atau budaya yang berlaku didaerah tersebut.sehingga kita juga akan dihormati di daerah tersebut...

    BalasHapus
  3. dian avriana / 08520006 / semester 3 / FKIP Bhs I nggris
    mengapa harus memperhatikan faktor budaya BSU ataupun BSA,...?

    Bahasa sangat erat hubungannya dengan cara hidup masyarakat yang menempati daerah tertentu.
    Cara hidup masyarakat itu meliputi budaya, pekerjaan, dll.
    Penerjemah harus memperhatikan faktor-faktor budaya karena budaya sangat erat hubungannya dengan bahasa yang digunakan suatu masyarakat di daerah tertentu.
    Bahasa itu menjadi saran komunikasi dan sumber pengetahuan.
    jadi pada intinya bahasa hal yang penting bagi nara sumber maupun pembaca.
    Penerjemah harus benar-benar menguasai karakteristik bahasa sumber (BSU) agar pesan yang disampaikan penulis / narasumber dapat tersampaikan kepada pembaca di suatu daerah / wilayah tertentu.
    penerjemah juga harus menguasai karakteristik bahasa sasaran (BSA) agar pembaca dapat lebih memahami tulisan / pesan yang disampaikan oleh narasumber.

    BalasHapus
  4. Rusgiyati /08520048 /semester 3 /reguler malam/ FKIP-Bahasa Inggris

    Budaya merupakan nilai-nilai keyakinan , prasangka dalam masyarakat.
    Di dalamnya bahasa merupakan bentuk ekspresi dari ide-ide maupun pokok-pokok pikiran. Bahasa merupakan bagian integral dari kebudayaan yang bersifat dinamis, mengikuti dinamika kebudayaan yang menjadi wadahnya.
    Seorang penerjemah harus mampu mempelajari tentang latar belakang budaya dalam BSA. harus mampu secara akurat memahami betul latar belakang budaya BSA.
    Penerjemaha harus bisa mentransfer makna dari satu perangkat simbol tertentu ke dalam bahasa sasaran yang sesuai dengan budaya sasaran.

    BalasHapus
  5. Wahyu Kurnianto /08521081 /semester 3 /transfer malam/ FKIP-Bahasa Inggris

    Karena dalam penerjemahan seorang penerjemah harus mengetahui atau memahami bahasa sumber atau bahkan budaya asal darimana asal bahasa sumber itu berasal (BSU), karena hal ini bertujuan agar bahasa atau budaya yang akan diterjemahkan atau diambil dari bahasa sumber atau budaya tersebut bisa dipahami oleh penerima oleh sasaran atau BSA.
    maka dari itu bahasa sumber harus betul-betul dipahami oleh penerjemah dengan tujuan agar para penerima (BSA) lebih mudah memahami terjemahan tersebut karena sudah disesuaikan oleh penerjemah baik budaya, bahasa maupun karakteristiknya.
    hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antara bahasa sumber (BSU) dan bahasa sasaran (BSA).

    BalasHapus
  6. Nama : Nina Sundari

    Nim : 08521031



    Wauw…. Ini tulisan yang bagus. Sya orang yang kurang begitu suka membaca, hanya tulisan yang menarik saja yang biasanya saya baca. Tapi saat saya membaca tulisan P. Dion ini saya sangat tertarik untuk terus membacanya. Saya setuju dengan tulisan P. Dion bahwa seorang penerjemah yang baik harus mengerti kompetensi culturak ke 2 bahasa secara memadai. Seorang penerjemah juga harus mengetahui berita yang update tentang kemungkinan-kemungkinan perubahan bahasa dalam suatu culture. Karena sering sekali seperti yang dituliskan bahwa bahasa juga mengikuti perkembangan jaman. Selain segala macam yang berhubungan dengan budaya, penerjemah juga harus pintar-pintar dalam menentukan apakah nbahasa yang diterjemahkan itu menggunakan metode lokalisasi/domestifikasi ataukah harus menggunakan metode foreignisasi.

    Karna mungkin terlalu banyak culture yang berbeda-beda di dunia ini maka kita juga harus rajin-rajin untuk mempelajarinya. Terutama kita wajib mengetahui culture bahasa yang ingin kita terjemahkan secara mendalam. Jadi seorang penerjemah tidak boleh asal-asalan dalam nakan metode lokalisasi atau foreignisasi. Semakin kita sering menterjemahkan bahasa maka akan semakin mahir kita menjadi penerjemah. Kadang-kadang seculture saja masih ada aja kalimat yang kita tidak mengerti. Seperti contohnya saya membaca tulisan teman saya yang seorang sastra, saya merasa tulisannya itu sangat tidak sopan dan susah dimengerti. Setelah saya mengeluh ke dia malahan dia bilang ” jangan terlalu dipikir, kalau kamu sering membaca tentang sastra maka tidak sulit untuk dimengerti. Tepat sekali mungkin dengan sering membaca hasil terjemahan dari berbagai sumber dan culture yang berbeda akan gampang untuk mengetahui makna atau maksud yang terkandung. Yup... tulisan ini akan menjadi acuan saya untuk lebih dalam mempelajari trnslation.. tks P. Dion

    BalasHapus
  7. Nama:dwi agustina
    Nim:08520064
    Prodi:fkip bhs.inggris/B

    Dari bacaan penerjemah dan budaya ini saya
    dapat berpendapat bahwa budaya memiliki nilai-nilai kehidupan dan
    pergaulan.Dengan budaya,dapat memberi petunjuk bagaimana orang-orang
    dalam sebuah masyarakat bersikap dan berprilaku.Budaya merupakanlatar
    belakang dari linguistik.Jadi apa yang menjadi aturan-aturan kebahasaan
    adalah realisasi nilai-nilai dankeyakinan masyarakat.Bahasa tidak dapat
    dilihat sebagai fenomena yang terpisah dari sebuah ruang hampa tapi
    merupakan bagian dari sebuah kebudayaan.Bahasa bersifat
    dinamis,mengikuti dinamika kebudayaan yang menjadi wadahnya.
    Dalam bahasa kita juga diajarkan untuk menggendalikan sikap terhadap
    orang lain.Karena dengan pemakaian ragam bahasa yang tidak tepat akan
    menyinggung lawan bicara kita.Kita harus pintar-pintar dalam
    menggunakan bahasa karena bahasa bagian dari kebudayaan.
    Disini saya menemukan kesulitan yang dialami penerjemah yang disebabkan
    oleh perbedaan dua budayaan,jadi untuk memahaminya seorang penerjemah
    harus tau bagaimana mengidentifikasi secara real permasalahan tersebut.
    Setelah saya membaca,saya dapat menyimpulkanbahwa penerjemah merupakan
    mediator yang harus memperhatikan aspek-aspek budaya yang akan
    diterjemahkan.Dan penerjemah harus memiliki kopentensi cultural dari
    kedua bahasa tersebut karena tanpa konpentensi tidak akan berhasil
    memproduksi teks terjemahan yang akurat.

    BalasHapus